Friday 3 November 2017

SHALAT DHUHA


Sholat Sunat Dhuha adalah shalat sunnah yang bisa dilakukan setelah matahari terbit dan sebelum dzuhur. Atau kira-kira dari jam 07.30 sampai jam 11.30. Minimal 2 rakaat dan maksimal 12 rakaat. 

Niat Shalat Dhuha: 
Shalat Dhuha Bukan Sekedar Rezeki, Bukan Sekedar Uang


Hukum shalat dhuha adalah Sunnah. Sebagai sebuah anjuran, maka ibadah ini boleh dikerjakan, boleh tidak. Tidak wajib. Namun bagi orang yang menginginkan perubahan, tidak ada salahnya "mewajibkan" diri sendiri untuk shalat dhuha. 

Keutamaan shalat dhuha sangat besar sekali. Rutinnya melaksanakan sholat Dhuha ini, bisa memperlancar jalannya rezeki. Kalau diilustrasikan, shalat dhuha dua rakaat sama halnya dengan memegang kuncinya rezeki. Empat rakaat sama halnya dengan memasukkan kunci ke dalam pintunya rezeki. Enam rakaat, membuka pintu rezeki. Delapan rakaat, mengambil itu rezeki. Jadi, bagi siapa saja yang ingin rezekinya banyak silahkan lakukan shalat dhuha minimal 8 rakaat. 

DHUHA BUKAN SEKEDAR REZEKI

Betul sekali. Shalat Dhuha bukan sekedar membuka pintu rezeki. Bukan sekedar membuka jalannya rezeki Bukan. Shalat Dhuha bisa menentramkan hati dan pikiran. Dhuha bisa mendekatkan diri kita kepada Allah SWT. Kalau sudah dekat, maka pertolongan Allah pun gampang datang. Apa yang kita minta, pasti Allah kasih. Apa yang kita mau, pasti Allah berikan. Allah kabulkan. 

DHUHA BUKAN SEKEDAR UANG

Pun demikian. Dhuha bukan sekedar uang. Shalat dhuha tidak berbicara tentang uang. Uang itu kecil sekali di mata Allah. Allah bisa berikan dunia dan segala isinya, termasuk uang, kepada hamba yang dikehendaki-Nya. 

Sekali lagi, dhuha bukan sekedar rezeki. Bukan sekedar uang. Lebih dari itu, orang yang sering melaksanakan shalat dhuha, Allah angkat derajatnya lebih tinggi. Apalagi jika dilengkapi dengan shalat malam (tahajjud) dan sedekah. Makin mantap. Makin top dah. 

SHARING SHALAT DHUHA

Jika kita sedang dalam kondisi susah, miskin, terpuruk, tidak punya uang, banyak hutang, apa yang kita lakukan? Biasanya "butuh" akan Allah-nya lebih kenceng. Biasanya ibadahnya lebih rajin, lebih sholeh. Betul apa betul?

Awalnya, kita shalat dhuha barangkali ingin dikabulkan hajat. Punya keinginan. Punya kebutuhan. Apalagi kalau omzet lagi turun. Kita berharap setelah shalat dhuha, rezeki menjadi lancar, omzet naik. Awalnya demikian.

Seiring berjalannya waktu, kita lakukan shalat dhuha dengan konsisten. Tiap jam sembilan pagi, kita rajin shalat dhuha. Rezeki pun lambat laun semakin membaik. Ada aja jalannya. Walaupun, omzet kadang naik, kadang datar, kadang turun. Namun demikian, shalat dhuhanya tetap kita rutinkan. Kita usahakan gak bolong. 

Suatu ketika, pada titik tertentu kita akan menemukan sebuah keajaiban tersendiri. Keajaiban tersebut bukan berupa uang, bukan pula berupa mobil, bukan juga rumah mewah atau yang sifatnya dunia. Keajaiban itu datang berupa ketentraman hati. Ketenangan pikiran. Kebebasan waktu. Tenang. Plong. Gak dikejar-kejar pekerjaan. 

Ternyata, dhuha itu memang berbicara tentang kebebasan waktu. Dalam Al Quran, Allah berfirman "demi masa". "Demi waktu". "Demi waktu dhuha." Dan memang benar, Dhuha sama dengan waktu. Dalam peribahasa asing, waktu adalah uang. Jadi, dhuha = waktu. Waktu = uang. Memang betul. Waktu lebih berharga daripada uang. Uang bisa dicari, tapi waktu yang hilang tidak bisa dicari.

Itulah esensi dari shalat dhuha. Bukan sekedar rezeki yang lancar, bukan pula uang yang banyak. Tapi, di sisi lain dhuha bisa membuat kita meraih kebebasan waktu.

Jadi, lakukan shalat dhuha dari sekarang. Apapun motivasinya silahkan lakukan. Kerjakan. Penuh keyakinan. Penuh konsisten. Allah Maha Tahu apa yang dibutuhkan oleh hamba-Nya.

Jangan dulu banyak alasan. Jangan berpikir yang bukan-bukan. Jangan berpikir "Ibadah kok jadi urusan dunia?" Jangan. 

Lakukan saja. Lambat laun, dunia itu akan ngikutin. Lambat laun, dunia akan datang dengan sendirinya. Yang awalnya, kita berharap dengan sholat dhuha kita bisa punya rezeki yang banyak, mudah dan gampang, malah sebaliknya. Setelah dilakukan, ternyata kita sudah gak butuh lagi dunia. Karena Allah sudah berikan kita ketenangan. Ketentraman hati. Ketenangan pikiran. Kebebasan waktu. 

Semoga bermanfaat.

PENGACARA RIAU

KONSULTASI HUKUM


Thursday 26 October 2017

JANGAN ADA WAHADI DIANTARA KITA

Ust. Muhammad Arifin Baderi

Awas! Jangan Ada Wahabi Diantara Kita.

Nama wahabi begitu buruk di telinga banyak ummat Islam, identik dengan kekerasan, anarkis, dan kebencian. Namun demikian, kebanyakan ummat Islam tidak tahu apa dan siapakah sebenarnya kelompok wahabi tersebut?

Banyak orang menduga bahwa wahabi adalah kelompok ummat Islam yang mengikuti paham Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab At Tamimi, yang termasuk salah satu pendiri negara Saudi Arabia. Akibatnya, semua yang berbau saudi, tak ayal dianggap sebagai bagian dari wahabi, dan akhirnya dibenci dan dimusuhi.

Namun demikian, pernahkah anda mengkaji seberapa besar kadar
akurasi anggapan tersebut?

Berikut beberapa data yang semoga membantu anda meluruskan
persepsi tentang “wahabi”.

1. Secara bahasa, penisbatan paham radikal, dan anarkis yang selalu menghantui masyarakat kepada Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab tidaklah tepat, karena nama beliau adalah Muhammad, bukan Abdul Wahhab. Dengan demikian seharusnya penisbatannya adalah “Muhammadiyah”. Karena secara de facto nama
dengan Syeikh Muhammad. Abdul Wahhab sang ayah, termasuk kaum adat, yang “Abdul Wahhab” adalah nama ayahnya. Sedangkan ayah beliau bersebrangan paham yang terbukti menyimpang dari ajaran Islam, semisal kultus kepada wali, dan berusaha mempertahankan adat yang berkembang di masyarakatnya, walaupun banyak arwah orang yang telah meninggal dunia.

2. Sejarah saat ini membuktikan bahwa Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab dalam urusan fiqih, menganut mazhab Hambali. Dan itu terbukti dari karya karya tulis beliau, dan juga kondisi negri yang beliau dirikan yaitu sadar bahwa menganut mazhab Hambali adalah sah-sah saja, sebagaimana halnya Saudi Arabia, yang sampai saat ini menganut mazhab Hambali. Dan anda pasti menganut mazhab Syafii.

3. Dan dalam urusan idiologi, beliau tidak megajarkan sikap anarkis dan radikal sebagaimana yang dituduhkan kepada beliau. Yang beliau lakukan hanyalah sebatas upaya pemurnian Islam dari berbagai budaya dan paham yang menyimpang. Beliau berusaha keras menyadarkan masyarakat akan haramnya kuburan dan lainnya. kultus kepada selain Allah, baik kultus kepada sesama manusia, atau benda,

Diantara buktinya, praktek agama di masyarakat dan negri yang beliau dirikan, yaitu Saudi Arabia. Berbagai mazhab di negri tersebut dibiarkan berkembang, dan bahkan sebagian tokoh ulama’ dari berbagai mazhab tersebut direkrut dalam lembaga fatwa “Ha’iah Kibarul Ulama’ .

Sebagai contoh: formasi keanggotaan lembaga ini pada tahun 1391 H diantaranya diisi oleh Syeikh Muhammad Amin As Syinqithy bermazhabkan Maliki, Syeikh Abdurrazzaq Al Afify yang bermazhabkan Hanafi, Syeikh Abdul yang juga bermazhabkan Syafii. Majid Hasan bermazhabkan Syafii, demikian pula dengan Syiekh Mihdhar ‘Aqiil

Dan keanggotaan lembaga tersebut pada saat ini juga masih diisi oleh perwakilan dari keempat mazhab. Syeikh Muhammad bin Muhammad Al Mukhtar As Syinqiti merepresentasikan mazhab Maliki, Syeikh Abdul Wahhab Abu Sulaiman yang merepresentasikan mazhab Hanafi. Dan Dr. Qais bin Muhammad Alu Mubarak sebagai perwakilan dari penganut mazhab Syafii. Dan saya Alhamdulillah mendapat kehormatan karena ketika mempertahankan disertasi doktoral saya, Dr. Qais bin Muhammad Alu Mubarak berkenan menjadi salah satu penguji saya. Dan Dr. Mustofa bin Ibrahim Alu Mubarak yang kebetulan juga sepupu Dr. Qais salah satu hal yang juga patut anda ketahui di sini, bahwa salah satu duta besar Kerajaan Saudi Arabia yang mendapat kesempatan bertugas di Jakarta ialah Muhammad Alu Mubarak, yang tentunya juga seorang penganut mazhab Syafii.

Anda bisa bayangkan, lembaga fatwa tertinggi di negri yang selama ini dituduh sebagai penebar paham wahabi ternyata selalu mengakomodir perwakilan dari keempat Mazhab Fiqih yang ada. Masih layakkah mereka dituduh eksklusif, dan anarkis atau radikal?

4. Tahun 1343 H, menjadi bukti sejarah peran negri yang didirikan oleh Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab, dalam menyatukan ummat Islam. Telah beruluh puluh tahun di Masjid Haram Makkah dan juga Masjid Nabawi, setiap kali waktu sholat tiba, maka ummat Islam yang ada kala itu terbagi menjadi akan mendirikan sholat sendiri sendiri lengkap dengan muazzin dan imamnya. empat kelompok besar, berdasarkan aliran keempat mazhab fiqih . Masing masing sedangkan penganut mazhab yang lain, duduk menanti giliran. Dan selanjutnyasetelah Penganut Mazhab Hanafi akan azan, lalu iqamat dan mendirikan sholat sendiri, seterusnya hingga pengikut keempat mazhab tersebut mengumandangkan azan, iqamah selesai, segera muazzin mazhab Maliki mengumandangkan azan kembali lalu iqamah dan selanjutnya mendirikan sholat sesuai dengan mazhab mereka. Dan demikian
dan sholat sendiri sendiri.

Bisa anda bayangkan, betapa buruknya kondisi saat itu, namun Alhamdulillah berkat karunia Allah, lalu jasa Raja Abdul Aziz bin Abdurrahman Alussuud, ummat Islam berhasil disatukan, sehingga mereka dengan berbagai latar belakang mazhabnya, bersatu dengan sekali azan, iqamah dan sholat berjamaah, sehinga persatuan ummat Islampun terwujud kembali.

Bila demikian, siapa sebenarnya wahabi yang selama ini terkesan begitu mengerikan:
Ketahuilah sobat! Wahabi yang begitu mengerikan itu sebenarnya adalah nama salah satu sekte Khawarij yang memang hobi mengakfirkan orang-orang yang bersebrangan dengan mereka, apalagi bila terbukti orang tersebut melakukan dosa besar.

Sekte ini muncul di benua Afrika dibawah pimpinan Abdul Wahhab bin Abdurrahman bin Rustum, yang menganut paham khawarij. Perlu diketahui bahwa paham khawarij yang salah satu pelopor dan tokohnya bernama Ma’dan Al Iyadhi dan Abdullah bin Waheb Ar Rasiby dikenal sebagai sekte yang hobi mengkafirkan kelompok lain, bahkan semua orang yang bersebrangan paham membunuh sebagian sahabat diantaranya sahabat Khabbab bin Al Arat radhiallahu dengan mereka tanpa terkecuali para sahabat.

Paham ini, dikemudian hari menyebar hingga sampai ke negeri negri Andalus, dan Afrika belahan barat. Dan Abdul Wahhab bin Rustum ialah salah satu tokoh sekte ini yang sangat terkenal di negri Afrika, karena ia pernah berkuasa di sebagian daerah di sana dan memiliki pasukan yang cukup kuat.

Karena itu sebutan wahabiyah atau wahbiyah hanya ada di referensi referensi ulama’ ulama’ Afrika, Maroko, dan Andalus, semisal kitab: Al-Mi’yaar al-Mu’rib wa al-Jaami’ al-Mughrib ‘an Fataawaa Ifriiqiyyah wa al-Andalus wa al-Maghrib, karya Ahmad bin Yahya Al-Wansyarisi, dan Tarikh Ibnu
Khaldun.

Adapun di negri Islam belahan timur, semisal Mesir, Syam, Iraq dan sekitarnya sekte ini tidak dikenal dengan sebutan wahbiyah atau wahhabi, namun dikenal dengan sebutan khawarij.

Sebagian orang meyakini bahwa orang pertama yang melontarkan sebutan wahhabi kepada murid murid Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah saudara beliau sendiri yaitu Syeikh Sulaiman bin Abdul Wahhab. Klaim ini dikuatkan oleh adanya satu kita yang mereka yakini buah karya beliau, yaitu
‎الصواعق الإلهية في الرد على الوهابية

Namun demikian, penisbatan buku ini kepada Syeikh Sulaiman sangat meragukan, karena beberapa alasan berikut:

A. Logika dan budaya arab tidak sejalan dengan judul buku ini dan penisbatan sekte dengan nama “wahabiyah” seperti ini. Karena bila bliau benar benar menulis buku ini, maka itu sama saja menjelek jelekkan ayahnya sendiri, bukan hanya saudaranya Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab saja. Karena yang bernama “Abdul Wahhab” adalah ayah mereka berdua, dan bukan saudaranya.

B. Dalam karya karaya Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab, tidak pernah ada bantahan atau satu katapun yang mengisyaratkan adanya perseteruan serius apalagi sampai pada level saling menuduh sesat. Andai buku ini benar benar ditulis oleh Syeikh Sulaiman, niscaya kita menemukan bantahan atau minimal sikap syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab terhadap kitab tersebut.

C. Dan kalaupun tulisan itu benar, maka itu tidak cukup sebagai bukti bahwa beliau dan ajaran beliau sesat seperti yang dituduhkan, misalnya hobi mengkafirkan setiap orang yang berbeda pendapat dengannya. Sikap yang tepat dalam menyikapi perbedaan antara dua orang ialah dengan siapakah dari mereka yang lebih berbobot keilmuannya. Walau demikian, fakta di membandingkan dan mengkaji karya karya keduanya secara kritis untuk mengetahui dan negri yang beliau bangun semuanya mendustakan berbagai tuduhan keji yang lapangan, baik karya karya Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab sampai fakta murid selama ini dituduhkan kepada beliau.

D. Dan kalaupun terbukti saudara beliau yaitu Syeikh Sulaiman memusuhi dan menyelisihi ajaran Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab, maka itu bukan hal yang aneh. Dahulu Nabi Ibrahim dimusuhi oleh ayahnya sendiri, Nabi Nuh alaihissalam dimusuhi oleh anaknya sendiri. Nabi Luth alaihissalam juga dimusuhi oleh istrinya sendiri. Dan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam juga dimusuhi oleh paman dan kerabat beliau sendiri. Karena itu yang menjadi standar penilaian setiap manusia adalah hasil karyanya, bukan tuduhan yang menyebar, apalagi dari orang yang membenci atau memusuhinya.

E. Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab, murid-murid beliau dan juga negara Saudi Arabia hingga saat ini tidak pernah menamakan dirinya sebagai sekte wahabi atau penganut paham wahabi. Sebutan tersebut selalu muncul dari penamaan ini kurang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiyah. Apalagi dalam tuduhan sepihak orang-orang yang terbukti membenci mereka. Dengan demikian banyak kesempatan mereka membantah tuduhan dan penyebutan tersebut.

F. Karya, peran dan jasa negri Saudi Arabia bagi ummat Islam secara umum, baik pembangunan fasilitas ibadah dan penerapan hukum hukum Islam tidak terbantahkan lagi. Diantara karya besar mereka adalah pencetakan karya-karya ulama’ lintas mazhab, dan berbagai kegiatan sosial baik dalam skala regional ataupun internasional terbukti nyata dan dirasakan oleh semua orang mengecapkan manisnya jasa baik pemerintah Saudi Arabia, namun di saat yang sama termasuk orang-orang yang selama ini lantar membenci dan mendiskreditkan Saudi Arabia dengan tuduhan wahabi. Sepatutnya mereka malu, lidahnya masih agama lain, hasbunallahu wa ni’mal wakil. lisannya tiada lelah menuduh keji saudara mereka sendiri sesama ummat Islam. Anehnya lagi, banyak dari mereka yang tiada lelah membela negara kafir dan

5. Orang-orang terpelajar pantang untuk terperdaya dengan tuduhan sepihak seperti yang saat ini banyak beredar tentang dakwah pemurnian agama yang dipelopori oleh Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Hanya orang-orang yang tingkat pendidikannya rendah yang mudah terperdaya oleh klaim klaim ‘alaihi wa sallam yang membawa agama Islam, bahkan seluruh nabi sebelum beliau sepihak semacam ini. Islam sebagai agama, dan juga Nabi Muhammad shallallahu alaihi wassalam ternyata tidak luput dari tuduhan sepihak semisal ini. Allah Ta’ala berfirman:

‎كَذَلِكَ مَا أَتَى الَّذِينَ مِن قَبْلِهِم مِّن رَّسُولٍ إِلَّا قَالُوا سَاحِرٌ أَوْ مَجْنُونٌ {52} أَتَوَاصَوْا بِهِ بَلْ هُمْ قَوْمٌ طَاغُونَ
Demikianlah tidak seorang rasulpun yang datang kepada orang-orang sebelum mereka, melainkan mereka mengatakan: "Ia adalah seorang tukang sihir atau orang gila“. Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu. Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas. (Az Dzariyat 52-53)

Sobat, Akankah hingga saat ini anda masih begitu mudah terperdaya oleh klaim sepihak tentang dakwah permurnian Islam yang sering kali dituduh miring dan keji tanpa bukti? Masihkah anda mudah terperdaya dengan kepanjangan dari alirah wahabi yang diidentikkan dengan paham dan sikap tuduhan sepihak bahwa islam yang murni adalah radikal, fundamental atau radikal?.

Sudah saatnya anda bersikap kritis, dan melihat pada fakta dan data. Kalau anda bersikap kritis dan tidak mudah percaya kepada setiap tuduhan sepihak yang dialamatkan kepada penganut agama lain, mengapa anda mudah percaya kepada tuduhan sepihak yang dilemparkan kepada saudara anda sendiri? anda para penggiat pemurnian Islam? Zaman gini bukan waktunya anda menjadi Lihat dan saksikan betapa indah dan terang fakta yang ada pada saudara saudara korban propaganda orang-orang yang benci kepada Islam dan umat Islam.Wallahu Ta’ala a’lam bisshawab.

Disarikan dari WA group Bangkinang Mengaji

Monday 10 April 2017

KANKER Bukanlah Akhir Segalanya

Setelah sekian lama saya mengidap kanker kelenjar getah bening, dan menjalani operasi pengangkatan tumor di leher bagian kanan saya, kehidupan saya kembali berjalan. Aktivitas profesi yang sempat terganggu karena adanya pembengkakan yang cukup besar dibagian leher bagian kanan akhirnya kembali berjalan normal seperti sediakala. Tumpukan berkas-berkas yang harus dipelajari dan diikaji serta dianalisa kembali menjadi rutinitas harian yang saya lakukan,

Awalnya, saya tidak pernah menyangka akan menderita kanker kelenjar getah bening. Saat menjalani rutinitas profesi yang berjalan dari satu pulau ke pulau lainnya, saya menyempatkan pulang ke kampung halaman di Bangkinang Riau. Saat berada di kampung halaman, salah satu saudara tertua saya melihat ada bengkak yang cukup besar di leher bagian kanan. Dan, setelah saya perhatikan ternyata memang cukup besar pembengkakan dileher. Seketika, saya hanya menyimpulkan bahwa kemungkinan saya menderita masuk angin belaka, karena seringnya melakukan perjalan antar pulau dan daerah yang cukup memakan waktu.

Pulang dari kampung halaman, kemudian saya melanjutkan profesi saya di salah satu daerah di Jawa Timur. Karena adanya waktu senggang, kemudian saya mencoba melakukan pengecekan pembengkakan yang juga tidak kembali dibagian leher. Awalnya saya mengecek pada salah satu Rumah Sakit Swasta yang cukup ternama, dan ternyata salah satu dokter yang melakukan pemeriksaan menduga saya mengalami kanker nasofaring. Kesimpulan ini tidak serta merta saya terima begitu saja, karena saat ditanya apakah saya merokok atau tidak, lalu dokter tersebut langsung menyimpulkan saya menderita kanker nasofaring.

Belum menerima hasil diagnosa dokter pertama, kemudian saya melanjutkan pemeriksaan kepada salah satu rumah sakit lainnya yang juga memiliki beberapa dokter yang cukup terkenal dan ahli dibidangnya. Saat pemeriksaan kedua ini, dokter meyampaikan dari gejala yang saya alami, kemungkinan saya menderita kanker kelenjar getah bening. Untuk lebih memastikannya ada baiknya saya melakukan beberapa rangkain test laboratorium.

Masih belum yakin dengan diagnosis dokter kedua ini, kemudian saya memutuskan untuk menemui salah satu dokter yang cukup saya kenal baik, karena dokter tersebut adalah klien tetap saya dalam menjalani profesi. Pada dokter ketiga ini, setelah dilakukan diagnosis, diduga saya menderita kanker kelenjar getah bening dan lebih baik dilakukan pemeriksaan lanjutan. Atas arahan dokter ketiga ini, kemudian saya melakukan pemeriksaan FNaB (Finee Needle Aspiration Biopsy) yang dilakukan dengan jarum suntik pada bagian leher saya yang bengkak.

Untuk hasil FNaB ini, saya harus menunggu hasilnya beberapa saat. Setelah hasil FNAB ini keluar, maka kemudian saya mengkonsultasikan kembali dengan dokter ketiga yang telah menganjurkan FNAB tersebut. Dari hasil konsultasi lanjutan, saya disarankan untuk melakukan operasi dan biopsi kembali dengan mengangkat jaringan yang ada di bengkakan leher bagian kanan saya. Hal ini membuat saya merasa cukup khawatir.

Setelah berkonsultasi dengan keluarga, kemudian akhirnya saya memutuskan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan di rumah sakit di Malaka Malaysia. Menurut keluarga saya, ada baiknya konsultasi dan diperiksa ulang dengan rumah sakit yang di Malaka karena ada beberapa kejadian, dimana pasien telah dikatakan positif menderita kanker di Indonesia, ternyata bukanlah kanker yang dideritanya. Hal ini menjadikan keraguan kembali dalam diri saya.

Akhirnya saya memutuskan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan di Rumah Sakit Mahkota Medical di Malaka Malaysia. Rumah sakit yang tidak terlalu besar seperti rumah sakit yang ada di Indonesia, tapi sungguh layanan yang diberikannya sangat berbeda jauh dengan rumah sakit-rumah sakit yang ada di Indonesia. Layanan Rumah Sakit Mahkota Medical Malaka ini sungguh membuat saya merasa berada pada lingnkungan rumah dan keluarga. Dokter, perawat dan petugas administrasinya sungguh siap membantu apapun hal yang saya butuhkan, karena saya berangkat sendirian ke Malaka.

Setelah berkonsultasi dengan salah satu dokter ahli, saya kemudian dipindahkan ke dokter ahli lainnya karena lebih tepat pada dokter lainnya. Tapi, setelah menuju dokter ahli kedua ini, ternyata sasya diminta ke dokter ahli bedah leher dan kepala karena lebih tepatnya ke dokter ahli bedah leher dan kepala. Meski saya dipindah ke 3 dokter ahli y ang berbeda, hal ini tidak memakan waktu yang cukup lama, karena setiap datang ke ruangan dokter ahli tersebut, saya langsung dilayani pemeriksaannya dan dilakukan diagnosis awal. Untuk tiga layanan dokter ahli ini, saya hanya dibebankan pembayaran dokter ahli terakhir, karena dokter ahli terakhirlah yang melakukan pemeriksaan final dan memberikan hasil diagnosis kepada saya.

Dari hasil diagnosis yang telah ada itu, kemudian saya harus menunggu beberapa hari untuk menentukan tindakan selanjutnya. Karena waktu pekerjaan yang masih ada yang harus kerjakan di Indonesia, kemudian saya menyampaikan kepada perawa yang menjadi administrasi pada dokter ahli ini bahwa saya harus kembali ke Indonesia dulu. Dan, dijawab nanti saya akan dikabari lewat telepon atau email, tindakan selanjutnya.

Beberapa hari kemudian, saya dihubungi perawat dari Rumah Sakit Mahkota Medical Malaka, bahwa saya harus menjalani operasi pengangkatan bagian leher yang bengkak untuk diambil samplenya dan ditentukan tindakan yang harus dilakukan. Dalam penjelasan yang disampaikan perawatnya melakui Whatsapp saya, juga dijelaskan rangkaian tindakan yang akan diambil dan besaran biaya yang dibutuhkan dalam operasi ini termasuk biaya rumah sakit dan obat-obatannya. Sungguh sesuatu yang tidak pernah saya rasakan pada rumah sakit-rumah sakit di Indonesia, dimana biaya yang akan kita keluarkan dusah ada perkiraannya dan hasil perkiraan ini tidak akan berbeda jauh dengan pembayaran final yang akan kita lakukan.

Saya kemudian memutuskan untuk berangkat melakukan operasi pengangkatan tumor yang ada dibagian leher bagian kanan ke Rumah Sakit Mahkota Medical Malaka. Keberangkatan saya ini juga sendirian dan tanpa didampingi oleh siapa pun. Saat saya sampai di Rumah Sakit Mahkota Medical Malaka, kemudian saya langsung dilayani perawat bagian administrasi pada dokter ahli bedah kepada dan leher ini, dan saat mengetahui bahwa saya berangkat sendirian tanpa ada yang mendampingi, perawat tersebut langsung menyampaikan akan mengurus berbagai hal yang saya butuhkan. Khusus untuk barang-barang bawaan saya, bisa dititipkan di bagian administrasi di depan kamar inap dan akan dijaga dengan baik oleh bagian administrasi tersebut.

Akhirnya operasi pun dijalankan, dan hasilnya cukup sukses. Tumor-tumor yang ada dibagian leher bagian kanan saya kemudian telah diangkat dan pembengkakan di bagian leher saya sudah tidak lagi terlihat. Saya harus menginap di Rumah Sakit Mahkota Medical Malaka ini selama 2 hari 3 malam, dan sungguh layanan yang belum pernah saya rasakan di rumah sakit- rumah sakit di Indonesia, dimana begitu ranahnya perawat-perawat dan dokter yang ada di rumah sakit ini.

Setelah selesai perawatan, kemudian saya melakukan konsultasi lanjutan dengan dokter yang telah melakukan pembedahan pada leher dan hasilnya saya harus menjalankan kemotheraphy agar dapat sembuh total. Suatu putusan yang saya belum bisa mengambil putusannya saat itu.

Kemudian saya kembali ke kampung halaman, dan keluarga besar saya tetap menyarankan agar saya menjalani kemotheraphy supaya benar-benar pulih. Untuk kemotheraphy sendiri, karena di Indonesia saat ini telah di cover oleh BPJS, bisa saja kemoteraphynya dilakukan di Indonesia.

Saya kemudian mengurus rujukan untuk melaksanakan kemotheraphy di salah satu Rumah Sakit di Jawa Timur, dan akhirnya urusan tetek bengek admnistrasi harus saya jalani. Setelah urusan rujuk sana rujuk sini selesai, saya kemudian mencoba menuju rumah sakit tersebut, dan harus mengalami apa yang dialami sebagian besar pasien yang ada di Indonesia terutama sekali pasien BPJS.

Karena tidak cukupnya waktu, akhirnya saya tidak jadi menjalani kemotheraphy ini, dan hingga saat ini sejak akhir tahun 2016, saya menjalani kehidupan normal setelah diangkatnya tumor di bagian leher kanan saya tersebut. Kini, saya hanya mencoba hidup secara sehat dan menjaga makanan, semoga kanker yang ada di dalam tubuh ini tidak berkembang dan mengganggu organ-organ di dalam tubuh saya. Pengobatan terbesar yang saya lakukan saat ini adalah perbanyak istighfar dan dzikrullah, semoga dengan dzikir dan istighfar mampu menguatkan sel-sel darah yang ada ditubuh.

Hanya Berbagi
14 Rajab 1438

Tuesday 4 April 2017

Tafsir Surah al-Insyirah

Surah al-Insyirah
أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ (١)وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَ (٢)الَّذِي أَنْقَضَ ظَهْرَكَ (٣)وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ (٤)فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (٥)إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (٦)فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ (٧)وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ (٨)

Terjemahnya:

Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?, dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu? dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu, karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.Secara umum, surah al-Insyirah{ mengandung perintah Allah swt. kepada Muhammad saw. agar senantiasa berjuang dengan ikhlas dan tawakkal. Allah juga menjelaskan bahwa kesempitan, kesulitan, dan beban berat atas risalah dakwah merupakan sunnatullah, dan hal itu pasti akan berlalu kemudian didatangkan kemudahan. Surah ini menceritakan tentang perincian nikmat-nikmat Allah dan perintah bersyukur atas nikmat-nikmat tersebut. Menurut Sayid Qutub, di dalam surah ini terdapat kabar gembira akan diberikannya kemudahan dan dilepaskannya dari kesulitan dan kesusahan. Juga terdapat pengarahan yang menunjukkan rahasia kemudahan itu dan tali hubungannya yang kuat.
1.    Tafsir Ayat Pertama:أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ (١)اَلَمْ نَشْرَحْ (Bukankah kami telah melapangkan). Istifham atau kata tanya di sini mengandung makna taqrir atau menetapkan yakni, Kami telah melapangkan – لَكَ (untukmu) hai Muhammad – صَدْرَكَ (dadamu?) dengan kenabian dan lain-lainnya. Kata (نَشْرَحْnasyrah{ terambil dari kata (شَرَحَ)syarah{a yang antara lain berarti memperluas, melapangkan baik secara material maupun immaterial. Ayat ini berbicara tentang kelapangan dada dalam perngertian immaterial, yang dapat menghasilkan  kemampuan menerima dan menemukan kebenaran, hikmah dan kebijaksanaan, serta kesanggupan menampung bahkan memaafkan kesalahan dan gangguan-gangguan orang lain.
Dalam ayat ini mengandung pengertian bahwa Allah menegingatkan Nabi saw. tentang anugerah keringanan yang diberikan-Nya sebagaimana terkandung dalam kata (هدىhada> pada surah ad}-D{uh{a. Lapang dada di sini lebih menekankan pada dakwah yang dijalani Nabi, seperti yang dipaparkan oleh Sayyid Quthb “Kami hilangkan beban itu darimu dengan melapangkan dadamu sehingga terasa ringan dan enteng beban tugas itu (tugas dakwah)”. Dengan berlapang dada, maka seseorang bisa menjalankan dakwahnya atau kehidupannya dengan baik, walaupun memikul beban akan terlampaui dengan jiwa yang rela dan hati yang tetap terjaga.
Huruf (ك) kaf yang merupakan pengganti nama yang dirangkaikan dengan kata (صدرك) s}adr/dadamu sepintas terlihat dapat berfungsi sebagai pengganti kata (لك) laka/untukmu. Namun hal tersebut tidak demikian karena kata untukmu disini berfungsi mengisyaratkan bahwa kelapangan dada yang diperoleh Nabi Muhammad saw. itu merupakan satu kekhususan bagi beliau. Kekhusuan yang tidak didapatkan oleh selain beliau baik dalam hal kapasitas maupun substansinya. Sedangkan umat Nabi saw. akan mendapatkan kelapangan dada dan ketengan jiwa dengan kapasitas yang berbeda. Allah swt. Berfirman dalam Q.S. al-An-An’a>m: 125
فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلإسْلامِ وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ كَذَلِكَ يَجْعَلُ اللَّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ (١٢٥) 
Terjemahnya :Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. dan Barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.Pernah Rasulullah saw. ditanya mengenai ayat ini. Kata mereka, “Bagaimanakah seseorang bisa menjadi lapang dada ya Rasulullah?” Jawab Rasul, “Ada suatu cahaya yang terpancarkan ke dalam dada orang itu sehingga menjadi lapang dan luas untuk menerimanya.” Orang-orang berkata, “Apakah untuk hal itu ada suatu tanda yang bisa dikenali?” Jawab Rasul, “keinginan untuk kembali ke negeri yang abadi (akhirat), sikap menjauh dari negeri yang penuh dengan tipuan (dunia), dan siap-siap menghadapi maut sebelum maut itu tiba.”Mengingat maut akan menimbulkan ketidaksenangan terhadap dunia yang sarat dengan tipu daya, dan mendorong untuk melakukan kebajikan sebagai persiapan diri untuk menghadapi maut. Hal sebaliknya akan terjadi terhadap orang yang telah rusak fitrahnya karena syirik dan kotor jiwanya akibat dosa-dosa dan kejahatan, maka dadanya menjadi sangat sempit yang amat sangat. Kebiasaannya melakukan dosa-dosa membuat lemah untuk meninggalkan hal tersebut. Sehingga beratlah baginya untuk memenuhi seruan agama baru (Islam), dan diapun merasa lemah untuk menanggung seruan tersebut. Perumpamaannya seperti orang yang naik ke lapisan tinggi di angksa, ia akan merasakan sesak yang hebat dalam bernafas.Sedangkan orang yang memeluk Islam akan memperoleh ketenangan. Ketenangan yang dirasakan oleh orang yang mendapatkan petunjuk untuk memeluk Islam ialah karena ia menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah swt. Penyerahan diri ini menghasilkan cahaya yang dapat digunakan oleh pemiliknya membedakan yang h{aq dari yang bat}il, yang utama dari yang tidak utama, yang benar dan yang tidak benar. Dengan demikian menjadi teranglah jalan hidupnya, bagaimana ia melaluinya, dan kemana tujuannya.

2.    Tafsir Ayat Kedua dan Ketiga
وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَ (٢)الَّذِي أَنْقَضَ ظَهْرَكَ (٣)وَوَضَعْنَا (Dan Kami telah menghilangkan) telah melenyapkan  – عَنْكَ وِزْرَكَ (darimu dosamu bebanmu). اَللَّذِيْ اَنْقَضَ (Yang memberatkan)  yang memayahkan ظَهْرَكَ (punggungmu). Kedua ayat ini mengisyaratkan bahwa disana pernah ada kesempitan dalam jiwa Rasulullah saw. dalam urusan dakwah yang dibebankan kepada beliau, ada rintangan-rintangan yang sukar dijalannya, dan ada makar dan tipu daya yang dipasang orang disekelilingnya. Juga mengisyaratkan bahwa dada beliau merasa berat memikirkan tugas dakwah yang diembannya. Karena itulah Allah swt. melapangkan dada Nabi saw. atas kebingungan yang disebabkan keingkaran dan ketakaburan kaumnya dan keengganan mereka dalam mengikuti perkara hak yang disampaikan Rasulullah saw.Muhammad Abduh dalam tafsirnya menjelaskan bahwa beban yang berat itu adalah beban psikologis yang diakibatkan oleh keadaan umatnya yang diyakini beliau berada dalam jurang kebinasaan. Namun, saat itu beliau tidak tahu apa solusi yang tepat untuk memperbaiki keadaan masyarakatnya. Maka Allah telah menghilangkan beban itu dari pundak beliau, dengan memberinya bimbingan menuju jalan keselamatan bagi mereka. Dan Allah senantiasa menurunkan wahyunya setiap kali Nabi saw. dalam keadaan bingung tentang sesuatu atau hatinya terasa sempit karena memikirkan sesuatu yang dihadapinya.
Pendapat ini cukup logis mengingat kebiasaan Nabi saw. sebelum menerima wahyu. Sejarah mencatat, Nabi saw. sering menyendiri di gua Hira untuk berkontemplasi, merenung tentang keadaan masyarakatnya yang penuh kezaliman. Beliau berpikir keras mencari jalan keluar bagaimana menanggulangi keadaan masyarakat Arab yang penuh dengan kebejatan moral. Maka, di tengah menghadapi beban psikologis yang begitu berat, Allah swt. mengutus malaikat Jibril untuk memberikan wahyu kepadanya. Dengan wahyu Allah-lah Nabi saw. mendapatkan pencerahan-pencerahan tentang bagaimana menanggulangi umat manusia yang diliputi kezaliman dan kebejatan moral.

3.    Tafsir Ayat Keempat:
وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ (٤)وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ (dan kami tinggikan bagimu sebutanmu) yakni, sebutan namamu. Sebagai contohnya atas peninggian nama Nabi saw. ialah, disebutkannya nama beliau bersama-sama dengan nama Allah di dalam azan, iqamah, tasyahud, khutbah dan lain sebagainya. Muhammad Abduh mengatakan bahwa pada kalimat wa rafa‘na laka z\ikrak, susunan kata “bagimu” sebelum “sebutanmu” tentunya dimaksudkan untuk lebih menguatkan serta lebih cepat menggembirakan Nabi saw. Kesulitan dan kesempitan yang dialami Nabi saw. adalah merupakan sunnatullah, yang juga berlaku pada semua makhluk-Nya. Namun karena ketabahan dan kesabaran beliau maka Allah swt. menganugerahkan pelapangan dada, peringanan beban, dan peninggian sebutan nama Nabi saw.Kata (رَفَعَ) rafa‘a berarti mengangkat atau meninggikan, baik objeknya bersifat material maupun immaterial. Kata (ذِكْرَ) z\ikr/z\ikir  menurut pengertian bahasa adalah menghadirkan sesuatu di dalam benak, baik diucapkan dengan lisan maupun tidak, dan baik ia bertujuan untuk mengingat kembali apa yang telah dilupakan maupun untuk lebih memantapkan sesuatu yang tetap dalam ingatan. Dalam al-Quran, kata z\ikr  dalam berbagai bentuknya pada umumnya dinisbahkan kepada Allah swt. Ada pula yang berdiri sendiri dalam arti wahyu Allah, atau al-Qur’an.   
Penggunaan kata (رَفَعْنَا) rafa‘na> yang merupakan pengganti nama berbentuk jamak (Kami) sebagai pertanda adanya pihak-pihak lain selain Allah swt. yang ikut serta dalam peninggian nama Nabi saw. pihak-pihak tersebut antara lain adalah ilmuwan-ilmuawan yang beraneka ragam disiplin ilmu serta kepercayaan agamanya.

4.  Tafsir Ayat Kelima dan Keenamفَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (٥)إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (٦) 
فَاِنَّ مَعَ الْعُسْرِ (Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu) atau kesukaran itu – يُسْرًا (ada kelapangan)  yakni kemudahan. اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا(Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kelapangan). Nabi saw. banyak sekali mengalami kesulitan dan hambatan dari orang-orang kafir, kemudian beliau mendapatkan kelapangan dan kemudahan yaitu, setelah beliau mengalami kemenangan atas mereka. 
Ayat ini diawali dengan kata fa untuk menunjukkan adanya kaitan antara kedua keadaan tersebut (antara timbulnya kesulitan dan datangnya kemudahan). Digunakan kata sandang ال sebelum  عسر memberi makna umum (yakni semua kesulitan). Akan tetapi yang dimaksud di sini adalah kesulitan-kesulitan yang biasa dijumpai oleh tiap-tiap pribadi dan lingkungannya. Misalnya, kesulitan yang berupa kemiskinan, kelemahan, pengkhianatan kawan, keperkasaan musuh, langkanya sarana yang diperlukan, dan lain sebagainya yang biasa dialami
Melihat kenyataan bahwa kejayaan umat Islam hanya tinggal memiliki julukan dan nama-nama saja, seharusnya ayat ini dijadikan pelajaran bagi umat ini dalam menghadapi problematika kehidupan masa kini yaitu dengan melakukan perubahan dari keadaan yang memilukan menuju kegemilangan Islam kembali. Begitupun juga dalam hal mengatur urusan umat, seharusnya menjadikan Islam sebagai aturan hidup. Nabi Muhammad saw. merintis perubahan dengan menjadikan Islam sebagai subjek perubahan bukan menjadi objek perubahan.Al-Maragi menegaskan ketika Nabi dihimpit oleh kesedihan sebab ulah kaumnya, semangat beliau tidak kendor karenanya dan tekad beliau tidak goyah, akan tetapi Nabi tetap sabar dan tawakkal kepada Allah. Kemudian Allah memperkuat beliau dengan hadirnya orang-orang yang penuh rasa cinta kepada beliau serta memiliki semangat yang berkobar dalam membela Nabi saw. dan membela agama ini. Mereka berpendapat bahwa mereka tidak akan bisa hidup aman kecuali dengan menghancurkan tiang-tiang kemusyrikan keberhalaan. Sesungguhnya tidak ada kesulitan yang tidak teratasi, jika jiwa kita bersemangat untuk keluar dari kesulitan dan mencari jalan pemecahan menggunakan akal pikiran yang jitu dengan bertawakkal sepenuhnya kepada Allah. Inilah kunci keberhasilan, meskipun berbagai godaan, hambatan dan rintangan datang silih berganti. Dalam ayat ini terkandung pelajaran bahwa sesungguhnya Allah swt. akan merubah keadaannya dari kefakiran menjadi kaya, dari kekurangan teman menjadi banyak teman dari permusuhan menjadi kecintaan dan berbagai keadaan lainnya.Mengingat masalah ini mudah menimbulkan keraguan, maka pernyataan Allah swt. dikuatkan dengan اِنَّ atau sesungguhnya.  Lalu mengingat keraguan itu mungkin akan bertambah , berkaitan dengan beberapa kesulitan yang dialami, bahkan makin bertambah lebih gawat sehingga terjadi pengingkaran, maka Allah swt. mengulangi lagi pernyataan tersebut dengan menggunakan kalimat yang sama, اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا sesungguhnya bersama dengan kesulitan itu pasti ada kemudahan. Sudah barang tentu, makna yang tercakup dalam pernyataan yang kedua ini, lebih luas daripada yang pertama.
 Ibnu Katsir menegaskan, bahwa kesulitan itu dapat diketahui pada dua keadaan, di mana kalimatnya dalam bentuk mufrad (tunggal). Sedangkan kemudahan (al-yusr ) dalam bentuk nakirah (tidak ada ketentuannya) sehingga bilangannya bertambah banyak. Hal ini menunjukkan bahwa kedua ayat tersebut mengandung makna “setiap satu kesulitan akan dibarengi dengan dua kemudahan atau banyak kemudahan.  Sementara ulama memahami kata ma’a dalam arti sesudah dengan merujuk antara lain firman Allah sawt. yang serupa maknanya dan menggunakan kata (بعدba'd (sesudah), yaitu: “Allah akan memberi kelapangan sesudah kesempitan”  (Q.S. at}-T}ala>q/ 65: 7). Namun demikian, tidak pula keliru mereka yang memahami kata itu dalam arti awalnya yakni bersama, dan ketika itu ayat 5 dan 6 menjelaskan bahwa betapapun beratnya kesulitan yang dihadapi, pasti dalam celah-celah itu terdapat kemudahan-kemudahan. Menurut az-Zamaksyari sebagaimana yang dikutip M. Quraish Shihab, menjelaskan bahwa penggunaan kata bersama walaupun maksudnya sesudah adalah untuk menggambarkan betapa dekat dan singkatnya waktu antara kehadiran kemudahan, dengan kesulitan yang sedang dialami. 

5.    Tafsir Ayat Ketujuh dan kedelapan:
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ (٧)وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ (٨)فَاِذَ فَرَغْتَ (Maka apabilakamu telah selesai) dari salat فَا نْصَبْ (bersungguh-sungguhlah kamu) di dalam berdoa. وَاِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ (Dan hanya kepada Rabbmulah hendaknya kamu berharap)  atau meminta dengan merendahkan diri.
Setiap kesulitan selalu disusul atau dibarengi oleh  kemudahan, demikian pesan ayat-ayat sebelumnya. Kalau demikian, yang dituntut hanyalah kesuungguhan bekerja dibarengi dengan harapan serta optimisme akan kehadiran bantuan Ilahi. Hal inilah yang dipesankan oleh ayat-ayat diatas dengan menyatakan: Maka apabila engkau telah selesai  yakni sedang berada di dalam keluangan setelah tadinya engkau sibuk, maka  bekerjalah dengan sungguh-sungguh hingga engkau letih ­atau hingga tegak dan nyata suatu persoalan baru dan hanya kepada Tuhanmu saja – tidak ada siapa pun selain-Nya – hendaknya engkau berharap  dan berkeinginan penuh guna memperoleh bantuan-Nya dalam menghadapi setiap kesulitan serta melakukan suatu aktivitas. Kata (فرغت) faraghta  terambil dari kata (فرغ) faragha  yang berarti kosong setelah sebelumnya penuh baik secara material maupun immaterial. Seseorang yang telah memenuhi waktunya dengan pekerjaan, kemudian ia menyelesaikan pekerjaan tersebut, maka jarak waktu antara selesainya pekerjaan pertama dan dimulainya pekerjaan selanjutnya dinamai (فراغfara>gh.Kata (فا نصب) fa-ns}ab  terdiri dari rangkaian huruf (ف) fa’  yang biasa diterjemahkan maka  dan (إنصب) ins}ab yang merupakan bentuk perintah dari kata (نصب) nas}aba.Kata nas}aba ini pada mulanya menegakkan sesuatu sehingga nyata dan mantap. Upaya menegakkan ini biasanya dilakukan dengan sungguh-sungguh sehingga dapat mengakibatkan keletihan, dari sinilah kata itu digunakan juga dalam arti letih. Menurut ibnu katsir, maksud dari ayat ke-7 adalah jika engkau (Muhammad) telah selesai mengurus berbagai kepentingan dunia dan semua kesibukannya serta telah memutus semua jaringannya, maka bersungguh-sungguhlah untuk menjalankan ibadah serta melangkahlah kepadanya dengan penuh semangat, dengan hati yang kosong lagi tulus, serta niat karena Allah. ‘Ali bin Abi T{alhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata: “Dan jika engkau telah selesai, maka bersungguh-sungguhnlah, yakni dalam berdoa.  

Monday 3 April 2017

Macam Doa Iftitah (Istiftah) Dalam Sholat

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuhu
Macam-macam Doa Iftitah (Istiftah)
Ada beberapa macam jenis doa iftiftah (istiftah) yang dibaca oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan sahabatnya, berdasarkan riwayat-riwayat yang shahih.
Berikut ini macam-macam doa iftitah (istiftah) yang shahih, berdasarkan penelitian Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani rahimahullah terhadap dalil-dalil doa istiftah, yang tercantum dalam kitab beliau Sifatu Shalatin Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:
Pertama
اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ، كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ المَشْرِقِ وَالمَغْرِبِ، اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنَ الخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالبَرَدِ
Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahanku sebagaimana Engkau telah menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, sucikanlah kesalahanku sebagaimana pakaian yang putih disucikan dari kotoran. Ya Allah, cucilah kesalahanku dengan air, salju, dan air dingin” (HR.Bukhari 2/182, Muslim 2/98)
Doa ini biasa dibaca Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam shalat fardhu. Doa ini adalah doa yang paling shahih diantara doa istiftah lainnya, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Baari (2/183).
Kedua
وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا، وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ، إِنَّ صَلَاتِي، وَنُسُكِي، وَمَحْيَايَ، وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، لَا شَرِيكَ لَهُ، وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ، اللهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَنْتَ رَبِّي، وَأَنَا عَبْدُكَ، ظَلَمْتُ نَفْسِي، وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا، إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ، وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ، وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ، لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ، أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ، تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang Maha Pencipta langit dan bumi sebagai muslim yang ikhlas dan aku bukan termasuk orang yang musyrik. Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku, hanya semata-mata untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagiNya. Oleh karena itu aku patuh kepada perintahNya, dan aku termasuk orang yang aku berserah diri. Ya Allah, Engkaulah Maha Penguasa. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Engkau. Mahasuci Engkau dan Maha Terpuji. Engkaulah Tuhanku dan aku adalah hambaMu. Aku telah menzhalimi diriku sendiri dan akui dosa-dosaku. Karena itu ampunilah dosa-dosaku semuanya. Sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni segala dosa melainkan Engkau. Tunjukilah aku akhlak yang paling terbaik. Tidak ada yang dapat menunjukkannya melainkan hanya Engkau. Jauhkanlah akhlak yang buruk dariku, karena sesungguhnya tidak ada yang sanggup menjauhkannya melainkan hanya Engkau. Aka aku patuhi segala perintah-Mu, dan akan aku tolong agama-Mu. Segala kebaikan berada di tangan-Mu. Sedangkan keburukan tidak datang dari Mu. Orang yang tidak tersesat hanyalah orang yang Engkau beri petunjuk. Aku berpegang teguh dengan-Mu dan kepada-Mu. Tidak ada keberhasilan dan jalan keluar kecuali dari Mu. Maha Suci Engkau dan Maha Tinggi. Kumohon ampunan dariMu dan aku bertobat kepadaMu” (HR. Muslim 2/185 – 186)
Doa ini biasa dibaca Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam shalat fardhu dan shalat sunnah.
Ketiga
اللَّهِ أَكْبَرُ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ، إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ، اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ وَبِحَمْدِكَ
Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang Maha Pencipta langit dan bumi sebagai muslim yang ikhlas dan aku bukan termasuk orang yang musyrik. Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku, hanya semata-mata untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Oleh karena itu aku patuh kepada perintahNya, dan aku termasuk orang yang aku berserah diri. Ya Allah, Engkaulah Maha Penguasa. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Engkau. Mahasuci Engkau dan Maha Terpuji”. (HR. An Nasa-i, 1/143. Di shahihkan Al Albani dalam Sifatu Shalatin Nabi 1/251)
Keempat
إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ. اللَّهُمَّ اهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَعْمَالِ وَأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ، وَقِنِي سَيِّئَ الْأَعْمَالِ وَسَيِّئَ الْأَخْلَاقِ لَا يَقِي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ
Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku, hanya semata-mata untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Oleh karena itu aku patuh kepada perintahNya, dan aku termasuk orang yang aku berserah diri. Ya Allah, tunjukilah aku amal dan akhlak yang terbaik. Tidak ada yang dapat menujukkanku kepadanya kecuali Engkau. Jauhkanlah aku dari amal dan akhlak yang buruk. Tidak ada yang dapat menjauhkanku darinya kecuali Engkau”. (HR. An Nasa-i 1/141, Ad Daruquthni 112)
Kelima
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ تَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ
Maha suci Engkau, ya Allah. Ku sucikan nama-Mu dengan memuji-Mu. Nama-Mu penuh berkah. Maha tinggi Engkau. Tidak ilah yang berhak disembah selain Engkau” (HR.Abu Daud 1/124, An Nasa-i, 1/143, At Tirmidzi 2/9-10, Ad Darimi 1/282, Ibnu Maajah 1/268. Dari sahabat Abu Sa’id Al Khudri, dihasankan oleh Al Albani dalam Sifatu Shalatin Nabi 1/252)
Doa ini juga diriwayatkan dari sahabat lain secara marfu’, yaitu dari ‘Aisyah, Anas bin Malik dan Jabir  Radhiallahu’anhum. Bahkan Imam Muslim membawakan riwayat :
أن عمر بن الخطاب كان يجهر بهؤلاء الكلمات يقول : سبحانك اللهم وبحمدك . تبارك اسمك وتعالى جدك . ولا إله غيرك
Umar bin Khattab pernah menjahrkan doa ini (ketika shalat) : (lalu menyebut doa di atas)” (HR. Muslim no.399)
Demikianlah, doa ini banyak diamalkan oleh para sahabat Nabi, sehingga para ulama pun banyak yang lebih menyukai untuk mengamalkan doa ini dalam shalat. Selain itu doa ini cukup singkat dan sangat tepat bagi imam yang mengimami banyak orang yang kondisinya lemah, semisal anak-anak dan orang tua.
Keenam
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ، وَتَعَالَى جَدُّكَ، وَلَا إِلَهَ غَيْرَكَ
3x  لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
3x  اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا
Maha suci Engkau, ya Allah. Ku sucikan nama-Mu dengan memuji-Mu. Nama-Mu penuh berkah. Maha tinggi Engkau. Tidak ilah yang berhak disembah selain Engkau, Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah (3x), Allah Maha Besar (3x)” (HR.Abu Daud 1/124, dihasankan oleh Al Albani dalam Sifatu Shalatin Nabi 1/252)
Ketujuh
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang” (HR. Muslim 2/99)
Hadits tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Umar Radhiallahu’anhu, ia berkata:
بينما نحن نصلي مع رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؛ إذ قال رجل من القوم: … فذكره. فقال رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” عجبت لها! فتحت لها أبواب السماء “. قال ابن عمر: فما تركتهن منذ سمعت رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يقول ذلك
Ketika kami shalat bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, ada seorang lelaki yang berdoa istiftah: (lalu disebutkan doa di atas). Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam lalu bersabda: ‘Aku heran, dibukakan baginya pintu-pintu langit‘. Ibnu Umar pun berkata:’Aku tidak pernah meninggalkan doa ini sejak beliau berkata demikian’”.
Kedelapan
الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ
“Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, pujian yang terbaik dan pujian yang penuh keberkahan di dalamnya” (HR. Muslim 2/99).
Hadits tersebut diriwayatkan oleh Anas bin Malik Radhiallahu’anhu, ketika ada seorang lelaki yang membaca doa istiftah tersebut, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
لقد رأيت اثني عشر ملكاً يبتدرونها ؛ أيهم يرفعها
Aku melihat dua belas malaikat bersegera menuju kepadanya. Mereka saling berlomba untuk mengangkat doa itu (kepada Allah Ta’ala)
Kesembilan
اللَّهُمَّ لَكَ الحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ، وَلَكَ الحَمْدُ لَكَ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ، وَلَكَ الحَمْدُ أَنْتَ نُورُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ، وَلَكَ الحَمْدُ أَنْتَ مَلِكُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ، وَلَكَ الحَمْدُ أَنْتَ الحَقُّ وَوَعْدُكَ الحَقُّ، وَلِقَاؤُكَ حَقٌّ، وَقَوْلُكَ حَقٌّ، وَالجَنَّةُ حَقٌّ، وَالنَّارُ حَقٌّ، وَالنَّبِيُّونَ حَقٌّ، وَمُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ، وَالسَّاعَةُ حَقٌّ، اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ، وَبِكَ خَاصَمْتُ، وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ، فَاغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ، أَنْتَ المُقَدِّمُ، وَأَنْتَ المُؤَخِّرُ، لاَ إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ
Ya Allah, segala puji bagi Engkau. Engkau pemelihara langit dan bumi serta orang-orang yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkau memiliki kerajaan langit, bumi dan siapa saja yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkau adalah cahaya bagi langit, bumi dan siapa saja yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkau Raja langit dan bumi dan Raja bagi siapa saja yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkaulah Al Haq. Janji-Mu pasti benar, firman-Mu pasti benar, pertemuan dengan-Mu pasti benar, firman-Mu pasti benar, surga itu benar adanya, neraka itu benar adanya, para nabi itu membawa kebenaran, dan Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam itu membawa kebenaran, hari kiamat itu benar adanya. Ya Allah, kepada-Mu lah aku berserah diri.Kepada-Mu lah aku beriman. Kepada-Mu lah aku bertawakal. Kepada-Mu lah aku bertaubat. Kepada-Mu lah aku mengadu. Dan kepada-Mu aku berhukum. Maka ampunilah dosa-dosaku. Baik yang telah aku lakukan maupun yang belum aku lakukan. Baik apa yang aku sembunyikan maupun yang aku nyatakan. Engkaulah Al Muqaddim dan Al Muakhir. Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau” (HR. Bukhari 2/3, 2/4, 11/99, 13/366 – 367, 13/399, Muslim 2/184)
Doa istiftah ini sering dibaca Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam ketika shalat malam. Namun tetap masyru’ juga dibaca pada shalat wajib dan shalat yang lain.
Kesepuluh
اللهُمَّ رَبَّ جَبْرَائِيلَ، وَمِيكَائِيلَ، وَإِسْرَافِيلَ، فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ، اهْدِنِي لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ، إِنَّكَ تَهْدِي مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Ya Allah, Rabb-nya malaikat Jibril, Mikail, dan Israfil. Pencipta langit dan bumi. Yang mengetahui hal ghaib dan juga nyata. Engkaulah hakim di antara hamba-hamba-Mu dalam hal-hal yang mereka perselisihkan. Tunjukkanlah aku kebenaran dalam apa yang diperselisihkan, dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau memberi petunjuk menuju jalan yang lurus, kepada siapa saja yang Engkau kehendaki” (HR. Muslim 2/185)
Doa istiftah ini juga sering dibaca Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam ketika shalat malam. Namun tetap masyru’ juga dibaca pada shalat wajib dan shalat yang lain.
Kesebelas
10x الله اكبر
10x الحمد لله
10x لا اله الا الله
10x استغفر الله
10x اللهُمَّ اغْفِرْ لِي ،وَاهْدِنِي، وَارْزُقْنِي وَعَافِنِي
10x اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الضِّيقِ يَوْمَ الْحِسَابِ
“Allah Maha Besar” 10x
“Segala pujian bagi Allah” 10x
“Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah” 10x
“Aku memohon ampun kepada Allah” 10x
“Ya Allah, ampunilah aku, berilah aku petunjuk, berilah aku rizki, dan berilah aku kesehatan” 10x
“Ya Allah, aku berlindung dari kesempitan di hari kiamat” 10x
(HR. Ahmad 6/143, Ath Thabrani dalam Al Ausath 62/2. Dihasankan Al Albani dalam Sifatu Shalatin Nabi 1/267)
Kedua Belas
اللَّهُ أَكْبَرُ [ثلاثاً] ، ذُو الْمَلَكُوتِ، وَالْجَبَرُوتِ وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ
Allah Maha Besar” 3x
Yang memiliki kerajaan besar, kekuasaan, kebesaran, dan keagungan” (HR. Ath Thayalisi 56, Al Baihaqi 2/121 – 122)
Adab Membaca Doa Istiftah
Beberapa adab membaca doa istiftah dijelaskan oleh Imam An Nawawi dalam kitab Al Adzkar (1/107) :
  1. Disunnahkan menggabung beberapa doa istiftah, dalam shalat yang sendirian. Atau juga bagi imam, bila diizinkan oleh makmum. Jika makmum tidak mengizinkan, maka jangan membaca doa yang terlalu panjang. Bahkan sebaiknya membaca yang singkat. Imam An Nawawi nampaknya mengisyaratkan hadits:
    إذا أم أحدكم الناس فليخفف . فإن فيهم الصغير والكبير والضعيف والمريض . فإذا صلى وحده فليصل كيف شاء
    Jika seseorang menjadi imam, hendaknya ia ringankan shalatnya. Karena di barisan makmum terdapat anak kecil, orang tua, orang lemah, orang sakit. Adapun jika shalat sendirian, barulah shalat sesuai keinginannya” (HR.Muslim 467)
  2. Jika datang sebagai makmum masbuk, tetap membaca doa istiftah. Kecuali jika sudah akan segera ruku’, dan khawatir tidak sempat membaca Al Fatihah. Jika demikian keadaannya, sebaiknya tidak perlu membaca istiftah, namun berusaha menyelesaikan membaca Al Fatihah. Karena membaca Al Fatihah itu rukun shalat.
  3. Jika mendapati imam tidak sedang berdiri, misalnya sedang rukuk, atau duduk di antara dua sujud atau sedang sujud, maka makmum langsung mengikuti posisi imam dan membaca sebagaimana yang dibaca imam. Tidak perlu membaca doa istiftah ketika itu.
  4. Para ulama Syafi’iyyah berbeda pendapat mengenai anjuran membaca doa istiftah ketika shalat jenazah. Menurut An Nawawi, yang lebih tepat adalah tidak perlu membacanya, karena shalat jenazah itu sudah selayaknya ringan.
  5. Membaca doa istiftah itu hukumnya sunnah, tidak wajib. Jika seseorang meninggalkannya, tidak perlu sujud sahwi.
  6. Yang sesuai sunnah, doa istiftah dibaca dengan sirr (lirih). Jika dibaca dengan jahr (keras) hukumnya makruh, namun tidak membatalkan shalat.

Semoga bermanfaat.
Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakutuhu


SHALAT DHUHA

Sholat Sunat Dhuha adalah shalat sunnah yang bisa dilakukan setelah matahari terbit dan sebelum dzuhur. Atau kira-kira dari jam 07.30 samp...